Posts Tagged ‘Doa’

Makna di Balik Sebuah Doa: Doa Terlilit Hutang

August 30, 2010

Makna di Balik Sebuah Doa: Doa Terlilit Hutang

Oleh: M. Sahrul Murajjab

Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud bahwa pada suatu ketika Rasulullah SAW menjumpai seorang sahabatnya sedang termenung sendirian di masjid. Padahal waktu itu bukan waktu sholat jamaah dan masjid pun sepi. Abu Umamah, nama sahabat itu, rupanya sedang mengalami masa-masa sulit dan diliputi kegalauan mendalam karena terlilit hutang. Mendapat keluhan Abu Umamah Nabi pun lantas mengajarinya sebuah doa khusus untuk diamalkan setiap pagi dan sore. Bunyi doa yang diajarkan Nabi SAW doa itu adalah;

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ الْجُبْنِ وَالْبُخْلِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ غَلَبَةِ الدَّيْنِ وَقَهْرِ الرِّجَالِ

Artinya, “Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepada Mu dari beban/tekanan jiwa (hamm) dan kesedihan (hazan). Aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan (‘ajz) dan kemalasan (kasal). Aku berlindung kepada-Mu dari sifat pengecut (jubn) dan pelit (bukhl). Dan aku berlindung kepada-Mu dari terkalahkan oleh hutang (ghalabat al-dain) dan penindasan orang (qahr al-rijal)”.

[Catatan: Hadits mengenai kisah tersebut di dlaifkan oleh sebagian ahli hadits seperti Syaikh Al-Albani. Adapun lafadz doa tesebut adalah shahih sebagaimana termuat dalam beberapa riwayat hadits lainnya]

Meskipun saat itu Nabi hanya mengajarkan doa, namun menurut Ali Muhamad Tawfiq dalam bukunya Allah Daliili fi Idarat A’mali (Allah Pemanduku dalam Manajemen Pekerjaaanku) menulis bahwa dibalik kalimat-kalimat doa tersebut tersimpan semangat, filosofi dan makna yang sangat dalam. Karena sejatinya doa adalah proses interaksi antara permintaan tolong dan kepasrahan kepada Allah dengan usaha dan langkah konkrit yang harus dilakukan oleh sang pendoa.

Doa tersebut di atas, setidaknya memuat enam nilai hidup yang sangat penting, utamanya bagi seseorang yang sedang terlilit hutang. Prinsip-prinsip tersebut yang pertama adalah keharusan untuk membebaskan diri dari tekanan kegelisahan dan rasa sedih yang berlebihan karena justru dapat menimbulkan pesimisme dan sikap pasif untuk mencari jalan keluar, padahal kekuasaan Allah jauh lebih hebat dari segalanya.

Kedua, perlunya menanggalkan rasa lemah diri dan kemalasan. Jeratan hutang barangkali justru datang disebabkan oleh karena kemalasan pribadi yang bersangkutan. Ketiga, sifat pengecut dan lari dari tanggungjawab tidak akan menyelesaikan masalah. Sang pemberi hutang, sebaiknya dengan tenang justru dihadapi dan diyakinkan bahwa ia mampu dan akan terus berupaya melunasi hutangnya.

Keempat, sesulit apapun kondisi keuangan tidak boleh merasa pelit/bakhil untuk mencicil hutang selama terdapat kemampuan meskipun sedikit sehingga hutang tidak semakin menumpuk dan berat dibayarkan. Kelima, ketika segala daya-upaya telah dilakukan secara maksimal dan ternyata hutang belum juga dapat terlunasi maka memohon perlindungan dari Allah adalah pilihan terbaik. Bukan malah lari ke dukun atau melakukan kejahatan. Keenam, memohon kepada Allah agar melunakkan hati sang pemberi hutang agar bisa mengerti keadaannya, memberikan kelonggaran, serta tidak berlaku keras sehingga justru menambah kecemasan and beban.